Selasa, 29 Desember 2015

Benih ( Bagian kedua )


Om Siwa Buddhaya Namah,

Tatkala Sang Surya mulai merekah di ufuk timur, pertanda pagi sudah datang, benih-benih kehidupan mulai menampakkan keceriaan. Ayam-ayam jantan yang berkokok, burung-burung yang berkicau merdu, dedaunan yang cerah berseri, bunga-bunga mekar bersemi serta hati yang mulai merindukan kuncup-kuncup mekar, begitu indah dan lucu, bagaikan anak-anak kecil yang bermain-main, berlari-lari, menari-nari penuh dengan canda tawa dan keceriaan. 
Begitu polos wajah anak-anak itu, begitu lepas keceriaan mereka, tanpa beban, tanpa kepura-puraan. Mereka tersenyum, tertawa dari hati dan itu betul-betul mereka nikmati. Benih-benih kebahagiaan dan kedamaian sebenarnya sudah ada sejak kita masih kecil, namun seiring berjalannya waktu, semua itu semakin memudar dan bahkan hampir tak terlihat sama sekali, sehingga yang muncul kepermukaan hanyalah wajah-wajah yang seram, tegang dan menakutkan. 
Anak-anak sangat takut akan hal ini, mereka amat merindukan belaian kasih sayang yang tulus murni, yang muncul dari hati. Kita mesti perhatikan keinginan mereka, kita mesti belajar dari mereka dan berusaha membasuh wajah kita dari debu-debu jalanan yang kotor, hingga menjadi bersih, indah dan menyenangkan. Kuncup-kuncup bunga yang indah akan tumbuh bersemi, seiring berseminya keceriaan mereka, anak-anak kita yang tercinta, benih-benih cinta, benih-benih kebahagiaan. 
Semoga dengan berseminya benih-benih cinta, bersemi pula kuncup-kuncup mekar, membuat hati kita semakin bahagia, semakin dekat dengan cinta, semoga kedamaian dan kebahagiaan selalu menyertai keharmonisan kita bersama orang-orang tercinta, semoga semua mahluk hidup berbahagia, Om Shanti Shanti Shanti Om. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar