Minggu, 28 April 2013

Atas Nama Cinta

Om Siwa Buddhaya Namah,

Demo, korupsi, penganiayaan, pembunuhan, pemerkosaan, perang dan bencana adalah sebagian besar berita yang menghiasi media masa, baik media cetak, elektronik, televisi maupun media masa lainnya. 
Keadaan tidak seimbang terjadi dimana-mana, semakin hari keadaan tidak semakin membaik, bahkan cenderung menunjukkan peningkatan. Kekacauan terjadi di banyak tempat di belahan bumi ini, baik akibat ulah manusia maupun akibat bencana alam. 
Sementara ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang semakin maju, para sarjana semakin banyak, tempat-tempat ibadah semakin banyak dan semakin indah, orang-orang beribadat semakin banyak, namun mengapa keadaan tetap tidak semakin membaik ? Mengapa manusia sekarang cendrung labil, lebih cepat emosi dan kurang bijaksana ?
Sahabatku yang terkasih, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, semestinya hidup ini menjadi semakin mudah, apabila kita tidak terlalu jauh pergi meninggalkan, " Sang Hati ". Setiap menit, setiap detik dan bahkan setiap saat, Sang Hati selalu berbicara, mengingatkan kita, agar kita tidak menyimpang dari jalan yang digariskan oleh alam. Namun apakah kita pernah mendengarkannya ?
Demikianlah sebuah pertanyaan yang sulit dijawab oleh manusia modern, dengan berbagai alasan. Berbagai kesibukan dan target yang harus dicapai, membuat kita lupa, bahwa ada sesuatu yang lebih penting daripada semua urusan tetek bengek keduniawian, yaitu, " Cinta dan Kasih Sayang ". Inilah jawabannya, sahabatku.
Jaman modern sekarang ini, telah terlalu jauh meninggalkan kebutuhan yang paling hakiki daripada manusia, yaitu, " Cinta ".
Apabila kita semua sadar, bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dengan Cinta Kasih Yang Maha Welas Asih, maka hendaknya kita mulai membalas kebaikan Tuhan dengan berpikir, berucap maupun berbuat " Atas Nama Cinta".
Sahabatku yang terkasih, saat ini Tuhan telah memberi Anugerah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin maju, alangkah indahnya hidup ini apabila apabila kemajuan ini kita pergunakan untuk kebahagiaan seluruh umat manusia dan alangkah bahagianya Tuhan menyaksikan anak-anakNya yang semakin pintar, semakin bijaksana dan semakin sejahtera.
Semoga Kasih Sayang Tuhan menuntun kita semua, menuju Cahaya Hati, hingga Cinta Kasih dapat tumbuh bersemi di Hati Kita Semua. Semoga Semua Mahluk Hidup berbahagia. Om Shanti Shanti Shanti Om.         

Minggu, 21 April 2013

Hari Pernikahan

Om Siwa Buddhaya Namah,

Betapa indah hidup ini, apabila selalu diisi dengan hal-hal yang menyenangkan, yang membahagiakan, dengan tidak melewatkan moment-moment penting didalam kehidupan ini, seperti hari kelahiran, hari ulang tahun, hari pernikahan dan hari-hari penuh bahagia lainnya. 
Hendaknya kita berusaha menyisihkan sedikit waktu diantara kesibukan-kesibukan kita sebagai manusia modern, untuk merayakan moment-moment penting ini bersama orang-orang yang terkasih. Tidak penting apakah moment ini dirayakan dengan meriah maupun sederhana, namun yang terpenting adalah perayaan tersebut dilakukan dengan penuh sukacita dan ungkapan ini betul-betul terasa amat mendalam dan bermakna, dimana antara kita bersama orang-orang terkasih, saling menghargai, saling mengasihi dan saat itu kita memang benar-benar menunjukkan kasih kita, perhatian kita kepada orang-orang yang tercinta dan keberadaan mereka diantara kita memang kita butuhkan.
Walaupun kita jarang saling bertemu karena kesibukan, namun dengan merayakan moment-moment penting ini, kita sedang menunjukkan bahwa kita selalu merindukannya  dan membutuhkannya.
Sahabatku yang terkasih, janganlah lewatkan moment-moment penting didalam hidupmu, jangan lukai hatinya, karena sesungguhnya mereka amat mencintaimu, demikian pula sebaliknya.
Hari ini adalah Hari Ulang Tahun Pernikahanku yang ke-8, aku amat mencintaimu, Anakku, Istriku, semoga Pernikahan Kita Langgeng sampai anak cucu, selamanya.
Salam bahagia buat semua sahabat, Om Shanti Shanti Shanti Om.       

Jumat, 19 April 2013

Ada Surga Diwajahmu


Om Siwa Buddhaya Namah,

Selamat Pagi sahabatku, pagi ini nampak begitu cerah ceria, semoga senyum bahagia menghiasi setiap langkah kita didalam menjalani aktifitas hari ini. Hari ini aku tidak dapat menjalankan akifitas sebagaimana biasa, karena aku mengalami kecelakaan, terjatuh, tangan kiri keseleo dan tangan kanan terluka. Walaupun demikian aku tetap bersyukur, berusaha untuk tetap tersenyum dan bahagia.
Sahabatku yang terkasih, didalam kehidupan ini, banyak sekali hal-hal buruk yang mungkin kita hadapi. Memang demikianlah resiko hidup sebagai manusia dan memang demikianlah adanya. Kita hendaknya mengerti dan menerima kenyataan ini dengan sewajarnya. Kita memang perlu memproteksi diri, namun hendaknya tidak berlebihan, hingga membuat wajah kehidupan ini menjadi tidak menarik, menegangkan dan membosankan.
Berusahalah untuk menampilkan wajah-wajah yang cantik, wajah-wajah yang ganteng, wajah-wajah yang manis, wajah-wajah yang ramah, penuh dengan rasa syukur dan senyum bahagia. Sesungguhnya, wujud keindahan yang kita tampilkan mencerminkan kekuatan, ketabahan, cinta kasih dan kebijaksanaan yang sangat disukai oleh alam dan semua orang.
Sesungguhnya ada surga diwajahmu, karena itulah cermin dirimu yang nampak kepermukaan, dan itulah yang akan direspon oleh alam, oleh semua orang, hingga mendatangkan hal-hal yang baik, yang positif serta dapat meringankan beban derita yang sedang dihadapi.
Saat ini mungkin saja kita sedang menderita karena karma buruk dimasa silam yang sedang berbuah, namun tetaplah bersyukur, berusahalah untuk tabah, kuat dan tersenyum, karena sesungguhnya ada surga diwajahmu dan seiring waktu yang berjalan, itu pasti akan terwujud dalam bentuk kebahagiaan yang sesungguhnya.
Semoga semua mahluk hidup berbahagia, semoga damai selalu, Om Shanti Shanti Shanti Om.        

Kamis, 18 April 2013

Pengertian Salah

Om Siwa Buddhaya Namah,

Lagi-lagi bom meledak di keramaian, yang sampai menelan korban jiwa, aku turut berduka cita atas kejadian ini, semoga para korban mendapatkan jalan yang terang, menuju Cahaya-Nya dan keluarga yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan hati.
Sahabatku yang terkasih, kenapa hal ini bisa terjadi ? Menurut Dharma, hal ini terjadi karena adanya kesalahan pengertian, yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pandangan, yang menganggap kebenaran sebagai ketidak benaran dan ketidak benaran sebagai kebenaran. Pandangan keliru seperti ini, mengabibatkan pikiran kacau, tidak bisa fokus dan melihat kedalam, namun selalu melihat keluar dan selalu menyalahkan orang lain. Akibat dari semua ini maka timbulah kebencian dan kegelapan batin. Apabila batin sudah gelap, maka kita tidak akan bisa lagi membedakan, antara yang baik dan yang buruk, dan ini sangat berbahaya, karena daripadanya bisa menimbulkan perbuatan-perbuatan yang merugikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, seperti : membakar, meracun, memfitnah, memperkosa, mengamuk dan menggunakan ilmu hitam.
Sahabatku yang terkasih, sebelum kita menyalahkan orang lain, hendaknya kita terlebih dahulu melihat kedalam dan berusaha menemukan titik terang dari setiap kejadian, membangkitkan cinta kasih dan kebijaksanaan hingga menumbuhkan pengertian yang benar. Dengan demikian maka apa yang akan kita perbuat adalah untuk kebaikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Bukankah semua orang menginginkan kebahagiaan, dan kebahagiaan itu akan bisa diperoleh apabila kita semua memiliki sikap bakti, yaitu saling menghormati. Sekecil apapun bentuk kehidupan hendaknya kita hormati dan pelihara dengan sebaik-baiknya, sehingga menimbulkan perdamaian dan kebahagiaan.
Demikianlah sahabatku, semoga pengertian yang benar dapat tumbuh dari hati kita semua, semoga semua mahluk hidup berbahagia, semoga damai selalu, Om Shanti Shanti Shanti Om.       

Minggu, 14 April 2013

Kemana Mencari Tuhan ?



Om Siwa Buddhaya Namah,

Banyak cara orang untuk mencari Tuhan, ada yang pergi ke tengah hutan, ada yang pergi ke gunung, mencari tempat-tempat sepi, ada yang melakukan meditasi, yoga, sembahyang ke tempat-tempat suci dan ada pula yang melakukan perbuatan-perbuatan baik mengabdi kepada masyarakat dengan tulus ikhlas. 
Bagaimanapun cara yang ditempuh oleh seseorang, semuanya baik-baik saja, karena masing-masing orang memiliki keyakinan yang berbeda-beda. Dari keyakinan itulah mereka menempuh perjalanan spiritual, sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing. Kita hendaknya menghormati perbedaan ini, karena kita semua mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencari kebahagiaan yang sejati, dan itu semuanya hanya terdapat pada-Nya.
Tuhan digambarkan dengan cara yang berbeda-beda, ibarat orang buta yang sedang meraba seekor gajah. Apabila yang diraba bagian kaki, maka dia mengatakan bentuknya seperti balok kayu yang besar dan pajang. Apabila yang diraba bagian telinga, maka dikatakannya bentuknya seperti daun yang besar. Begitu pula dengan anggota tubuh yang lainnya, bagian manapun yang dirabanya, seperti itulah yang digambarkannya dan diyakininya, karena keterbatasan kemampuannya.
Karena keterbatasan ini pulalah kita berusaha mencari Tuhan yang tidak terbatas. Bagaikan menggapai langit, demikianlah keadaannya, diatas langit masih ada langit, demikian pula seterusnya, yang membuat kita tidak henti-hentinya belajar, berusaha, berdoa, bersujud, memohon ampunan dan petunjuk agar selalu diterangi jalan hidup ini, sehingga kita tidak tersesat jalan dan pada akhirnya dapat pulang kembali kerumah kita yang sesungguhnya, terbukanya pintu hati menuju Kasih-Nya yang Sejati.
Semoga senyum kedamaian menyertai setiap langkah hidup kita, hingga menuju bahagia yang sejati, Om Shanti Shanti Shanti Om.      

Kamis, 11 April 2013

Jauh Dimata Dekat Dihati







Om Siwa Buddhaya Namah,


Sahabatku yang terkasih, Dharma mengajarkan kita bahwa kehidupan ini adalah duka yang berarti penderitaan. Lahir, tua, sakit dan mati adalah penderitaan, berkumpul dengan yang dibenci dan berpisah dengan yang dicintai juga penderitaan, sakit adalah penderitaan. Kenapa hidup ini penuh dengan penderitaan, sahabatku ?, dikarenakan kondisi dunia ini selalu diliputi oleh hukum ketidak kekalan. Kita tidak bisa selalu dalam keadaan sehat, karena sehat itu tidak kekal, maka suatu saat kita menderita sakit, demikian juga hal-hal lainnya didunia ini, seperti untung-rugi, kaya-miskin, muda-tua, cinta-benci, dan lain-lainnya, selalu dalam keadaan dualisme yang berbeda, yang satunya kita senangi dan yang satunya lagi tidak kita senangi.

Sahabatku, betapa senang hati kita apabila bisa berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai, disana kita bisa menumpahkan rindu, mencurahkan perasaan dan berbagi kasih sayang. Namun sahabatku, ingatlah selalu akan ajaran Dharma, yaitu didunia ini berlaku hukum ketidak kekalan dalam dualisme yang berbeda. Begitu kita menikmati suasana bahagia karena berkumpul dengan orang yang dicintai, seperti istri, anak, suami, keluarga, kekasih, sahabat dan kerabat lainnya, kita pula harus menyadari bahwa suatu saat kita akan berpisah dengan mereka.

Setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing sesuai dengan karmanya, saat ini kita berkumpul dengan mereka, namun kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok, lusa maupun hari berikutnya, semuanya merupakan rahasia Tuhan. Perpisahan itu bisa bersifat sementara, seperti misalnya anak harus melanjutkan study keluar kota, suami menjalankan tugas keluar daerah, kekasih bekerja diluar negeri dan lain-lainnya, namun perpisahan itu bisa juga bersifat permanen, seperti misalnya karena perceraian dan kematian. Apapun itu sifatnya perpisahan, baik sementara maupun permanen, yang jelas bahwa setiap perpisahan dengan orang yang dicintai sudah pasti akan menimbulkan penderitaan.

Sahabatku yang terkasih, karena penderitaan itulah, Dharma berusaha menghibur kita dengan pengertian yang benar. Penderitaan itu timbul karena pengertian yang salah, yang menganggap bahwa hidup ini hanyalah apa yang kita lihat dengan panca indera dan kurang menyadari bahwa hakekat kehidupan yang sesungguhnya. Begitu orang yang dicintai berada jauh dimata maka kita merasa sedih, selau berpikiran negatif tentang keadaannya dan melupakan bahwa dia selalu berada dekat dengan kita, yaitu dihati kita. Hati yang telah menyatu dalam cinta, tidak akan pernah terpisahkan, bahkan oleh kematian sekalipun, karena hati kita milik Tuhan, begitu pula dengan orang yang kita cintai. Begitu kita mencintai seseorang, maka yang ada dihati kita adalah doa untuk kebahagiaan orang tersebut, tidak peduli orang tersebut berada dekat maupun jauh dan bahkan teramat jauh sekalipun, kita selalu mencintainya.

Biarkan kehidupan ini terus berjalan sesuai dengan karma kita masing-masing, hendaknya kita tidak melekat oleh pengertian salah tentang panca indera, namun berusahalah mengerti tentang sang hati. Walaupun dia jauh dimata namun dia selalu dekat dihati dan selalu doakan kebahagiaanya, ikhlaskan semuanya, karena semuanya atas kehendak Yang Maha Kuasa, niscaya kita semua akan menemukan jalan yang terbaik yaitu kebahagiaan, begitu juga dengan orang yang kita cintai, sesuai dengan karmanya masing-masing.

Demikianlah sahabatku, semoga dengan pengertian benar, hati kita semua selalu diliputi oleh cinta, selalu dalam keadaan bahagia dan damai selalu, Om Shanti Shanti Shanti Om.  

Sabtu, 06 April 2013

Adakah Cintamu Untukku ?

Om Siwa Buddhaya Namah,

Setiap orang mendambakan cinta, karena kita akan merasa nyaman dalam suasana penuh cinta. Tidak dapat dibayangkan suatu keadaan apabila kita tidak dicintai, baik oleh keluarga, sahabat maupun lingkungan disekitar kita. Suatu keadaan yang tidak nyaman, walaupun kita banyak uang, namun hidup terkucil, bagaikan dalam penjara.
Sebuah pertanyaan akan muncul, yaitu," Adakah cintamu untukku ?". Sebuah pertanyaan yang muncul karena adanya kebutuhan untuk dicintai. Karena kebutuhan itu pula membuat kita memandang keluar dan selalu menyalahkan orang lain
Pertanyaan itu tidak akan mendapatkan jawaban yang memuaskan, sebelum dilakukan pertanyaan yang lebih awal, yaitu," Adakah Cintaku Untukmu ?", pertanyaan yang muncul apabila kita terlebih dahulu melihat kedalam. Dengan dua mata indera, kita akan lebih banyak melihat keluar, namun dengan satu mata hati, kita akan lebih banyak melihat kedalam. 
Ada pepatah yang mengatakan," Dari mana datangnya lintah, dari sawah turun kekali, dari mana datangnya cinta, dari mata turun kehati ". Kenapa cinta itu turun kehati ?, karena hati adalah sumbernya cinta. Dalam kemurniannya, di hati hanya ada cinta dan cinta, tidak ada benci. Kebencian itu muncul hanya sekejap, bagaikan awan hitam yang menutupi langit biru, yang akan tersapu angin dan kemudian pergi terbang entah kemana.
Sahabatku, sekiranya dapat dimengerti, bahwa apa yang ada diluar, sesungguhnya cermin daripada apa yang ada didalam. Pertanyaan," Adakah cintamu untukku ? ", dengan otomatis akan terjawab, apabila pertanyaan," Adakah cintaku untukmu ? ", telah terjawab dan jawabannya ada di hati kita masing-masing.
Sebagaimana yang telah diajarkan didalam Dharma, bahwa cinta yang muncul dari dalam, bagaikan bunga teratai yang muncul kepermukaan dan akan dicintai oleh semua orang. Semoga kita semua dapat mengembangkan cinta dari dalam, untuk kebahagiaan diri sendiri, keluarga, lingkungan dan semua mahluk hidup. Om Shanti Shanti Shanti Om.

Hari Raya Kuningan




Om Siwa Buddhaya Namah,

Sahabatku yang terkasih, hari ini kami umat Hindu di Bali merayakan Hari Raya Kuningan, yaitu merupakan rangkaian dari Hari Raya Galungan. Pada hari ini kami melakukan persembahyangan, memuja Para Leluhur, memuja Tuhan, karena kami meyakini, bahwa pada hari ini beliau turun untuk memberikan anugerah kemakmuran. Bagi yang meyakini hal ini, akan selalu berusaha mendekat, bersujud, menghaturkan sembah bakti kehadapan-Nya, guna memohon ampunan serta anugerah-Nya. 
Seperti syair lagu menyatakan," aku jauh Engkau jauh, aku dekat Engkaupun dekat ", demikianlah keadaanya, Beliau sesungguhnya sangat dekat apabila kita meyakininya, namun Beliau akan menjauh apabila kita tidak meyakininya. Semoga dengan kekuatan keyakinan, anugerah Tuhan berupa kemakmuran, meliputi kita semua, " Selamat Hari Raya Kuningan ", semoga semua mahluk hidup berbahagia, semoga damai selalu, Om Shanti Shanti Shanti Om.      

Kamis, 04 April 2013

Segi Tiga Emas Kemakmuran

Om Siwa Buddhaya Namah,

Bukit yang hijau menjulang tinggi diantara langit biru, hamparan padi yang menguning diantara pohon kelapa yang sedang berbuah lebat, begitu juga buah-buahan yang lainnya, seperti manggis, durian, mangga, duku, salak, semuanya sedang berbuah lebat. Air sungai yang sejuk, jernih mengalir diantara pematang sawah, sehingga terlihat jelas ikan-ikan yang berenang didalamnya. Nyanyian serta canda tawa ria, para petani terdengar, karena musim panen telah tiba, dengan hasil yang berlimpah. 
Betapa membahagiakan keadaan seperti ini, aku merindukannya, begitu pula kita semua, karena lapisan terbawah daripada masyarakat agraris adalah petani. Kemakmuran kaum tani, adalah kemakmuran kita semua, karena petani adalah tulang punggung bangsa. Dengan swasembada pangan, maka kemakmuran yang sesungguhnya akan tercapai.
Tidak akan ada urbanisasi yang berlebihan, karena dengan tersedianya lapangan kerja di desa, maka para pemuda enggan meninggalkan kampung. Begitu pula di kota tidak kekurangan pangan, sehingga harga-harga tidak melambung tinggi. Para sarjana dan cerdik pandai akan kembali pulang untuk membangun desa. Dengan demikian akan terjadi keseimbangan antara desa, kota dan universitas, bagaikan segitiga emas yang akan memberikan energi vital untuk kekuatan bangsa, melangkah bersama menuju kemakmuran serta kejayaan.
Langkah awal pertama dimulai dari kemurnian hati, yaitu adanya keselarasan antara hati dan pikiran, adanya keselaran antara ucapan dan tindakan, sehingga menimbulkan kepercayaan dan daripadanya akan tumbuh keyakinan. Dari keyakinan akan muncul kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar, karena sesungguhnya, semuanya berasal dari pikiran, seperti yang tertuang didalam Dharma :
" Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Apabila kita berbicara atau berbuat dengan pikiran baik, maka kebahagiaan akan mengikuti, bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya ".
Demikianlah sahabatku hal ini kusampaikan, semoga menjadi bahan renungan, semoga semua mahluk hidup berbahagia, Om Shanti Shanti Shanti Om.