Om Siwa Buddhaya Namah,
Sahabatku yang terkasih, diceritakan seorang kepala
keluarga yang bernama Lubdaka, dengan mata pencaharian sebagai seorang pemburu.
Setiap hari dia pergi ke hutan dengan peralatan berburu tradisional yang lengkap,
seperti panah, tombak, pisau, jerat serta peralatan berburu lainnya untuk
menangkap binatang liar yang ditemuinya, seperti babi hutan, kijang, kelinci,
rusa serta binatang liar lainnya. Setelah buruannya berhasil ditangkap , lalu
disembelihnya untuk makanan dia berserta keluarganya dan sisanya untuk dijual.
Demikianlah perkerjaan sehari-hari Lubdaka.
Pada suatu hari ketika dia sedang berburu, nasib sial
sedang menimpanya, walaupun telah lama
berburu, tidak satupun binatang buruan yang berhasil dia tangkap. Tanpa
disadarinya dia telah berada jauh ditengah hutan dan haripun telah menjelang
malam. Ketika hendak pulang dia takut kemalaman ditengah jalan, karena saat
malam banyak bahaya binatang buas mengintai dan dia takut menjadi mangsa
binatang buas tersebut. Oleh karena itu dia memutuskan untuk bermalam di tengah
hutan dengan memanjat sebuah pohon yang tinggi untuk menghindari serangan
binatang buas.
Kemudian dia memilih sebuah dahan yang nyaman dan duduk
disana sambil menunggu keesokan harinya. Semilir angin yang berhembus ditengah
hutan tropis pada malam itu sangat sejuk, diiringi suara jengkrik, belalang,
katak serta binatang malam lainnya membuat suasana sangat nyaman dan tanpa
terasa kantuk menyerang Lubdaka. Dia takut sampai ketiduran diatas pohon,
karena bila tertidur diatas pohon, maka dia bisa terjatuh dan akibatnya dia
bisa dimakan binatang buas.
Untuk mengusir rasa kantuk kemudian dia memetik dedaunan
yang ada dipohon tersebut satu persatu kemudian daun tersebut dijatuhkan
kebawah. Tanpa disadari oleh Lubdaka ternyata dibawah pohon tersebut ada sebuah
kolam dan ditengah kolam tersebut terdapat sebuah Siwa Lingga dan Dewa Siwa
sedang Beryoga Samadhi disana. Daun-daun yang dijatuhkan oleh Lubdaka ternyata
jatuh tepat mengenai Siwa Lingga tersebut sehingga Dewa Siwa merasa senang atas
tindakan Lubdaka tersebut. Hal itu merupakan sebuah pemujaan serta pelayanan
terhadap Beliau.
Tanpa terasa Lubdaka terus memetik daun tersebut sampai
pagi dan setelah gelap malam berganti terang cahaya mentari ditandai dengan
suara kokok ayam hutan dan keadaanpun dirasa sudah cukup aman, maka Lubdaka
bergegas turun untuk segera pulang kerumah. Sampai dirumah dia disambut gembira
oleh keluarganya dan kemudian dia meneceritakan pengalamannya kemarin malam
ditengah hutan. Istri dan anak-anaknya merasa senang dan bersyukur karena
Lubdaka berhasil selamat sampai dirumah.
Setelah lama peristiwa tersebut, hari-hari telah berlalu,
siang dan malam tanpa terasa sudah terlewatkan, dan Lubdaka saat ini sedang
terbaring lemah karena sakit parah. Keadaannya sangat kritis, istri dan
anak-anaknya menangis sedih karena kadaan ini dan hal inipun diketahui oleh
Dewa Siwa karena Beliau Maha Tahu, kemudian mengutus Bala Tentara Surga yaitu
Pasukan Gana untuk menjemput arwah Lubdaka karena dia telah berbakti kepada
Dewa Siwa. Dipihak lain Dewa Yama juga mengutus pasukan Bala Tentara Neraka
yaitu Pasukan Cikrabala untuk menangkap arwah Lubdaka karena dia jahat dan
biadab terhadap binatang.
Karena ajal telah tiba maka Lubdakapun menghembuskan
nafas terakhir, dan arwahnya pergi meninggalkan badan yang telah usang.
Arwahnya kebingungan, kemudian pasukan Cikrabala segera datang menangkap arwah
Ludaka, kemudian mengikatnya untuk dibawa ke neraka. Pada saat yang bersamaan
datang juga pasukan Gana untuk menjemput Lubdaka. Kemudian terjadi perselisihan
diantara mereka untuk memperebutkan arwah Lubdaka dan akhirnya pecah peperangan
yang dahsyat antara Pasukan Cikrabala dan Pasukan Gana. Begitu dahsyatnya
peperangan tersebut sampai menggoncangkan langit, karena antara Pasukan
Cikrabala dan Pasukan Gana sama-sama kuat dan sakti mandraguna. Namun
lama-kelamaan nampak Pasukan Gana lebih unggul hingga Pasukan Cikrabala
terdesak dan akhirnya lari tunggang langgang.
Karena kemenangan itu, maka Pasukan Gana berhasil membebaskan serta
membawa arwah Lubdaka menuju surga. Akhirnya arwah Lubdaka menikmati kebahagiaan
di alam Surga atas Karunia Dewa Siwa.
Demikianlah sahabatku sekilas cerita tentang Lubdaka,
semoga semua mahluk hidup berbahagia, Om Shanti Shanti Shanti Om.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar