Om
Siwa Buddhaya Namah,
Sahabatku
yang terkasih, dikisahkan dua orang bersaudara yang sangat suka mempelajari
tentang kebenaran yaitu Gagakaking yang lebih tua dan adiknya bernama Bubuksah.
Setelah merasa cukup menuntut ilmu pada seorang Guru, kedua bersaudara ini memutuskan
untuk melakukan pertapaan yaitu meditasi pada sebuah gunung di tengah hutan,
jauh dari keramaian penduduk. Mereka berdua, masing-masing memilih tempat serta
cara bertapa ataupun tehnik meditasi yang berbeda.
Gagakaking
melakukan pertapaan yang ketat dengan cara hanya memakan tumbuh-tumbuhan dan
pantang memakan makanan yang berasal dari mahluk hidup, sehingga dia nampak
kurus, namun tetap tekun didalam bermeditasi memuja Matahari. Sedangkan adiknya
melakukan pertapaan dengan cara yang berbeda yaitu dia memakan makanan yang
bernyawa termasuk binatang-binatang yang paling menjijikkan sekalipun. Tidak
terkecuali, binatang apapun yang masuk didalam perangkapnya pasti disembelihnya,
sehingga dia nampak lebih gemuk dari kakaknya dan dia tekun juga memuja Bulan.
Melihat
hal ini, Gagakaking menjadi gelisah dan diyakini apa yang dilakukan oleh
Bubuksah ini telah melanggar cara orang bertapa. Berkali-kali Gagakaking
menasehatinya namun tidak berhasil. Bubuksah yakin bahwa apa yang dilakukannya
itu adalah tapa juga. Bubuksah memahami bahwa jiwa itu adalah tunggal dan
bersama tapanya itu berharap jiwa itu segera menyatu kembali ke asalnya.
Bubuksah yakin benar bahwa banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencapai alam
sorga.
Pada
puncak tapanya, membuat keadaan di sorga terusik. Dewa Indra lalu melaporkan
kepada Dewa Siwa bahwa ada dua orang pertapa yang sama-sama sakti ingin berebut
sorga. Dewa Siwa lalu mengutus Kala Wijaya untuk menyamar sebagai harimau putih
untuk mengujinya. Dalam mengujinya itu, harimau putih mendatangi Gagakaking
dengan mengatakan ingin memakannya karena telah berjanji untuk memangsa seorang
pertapa. Gagakaking tidak mau dimangsa oleh harimau bahkan menyuruh harimau
putih mendatangi adiknya.
Selanjutnya,
harimau putih mendatangi Bubuksah. Bubuksah lalu mohon waktu sebentar untuk
mengambil binatang yang masuk perangkapnya, setelah itu Bubuksah menyerahkan
diri kepada harimau putih untuk segera memangsa dirinya. Lalu harimau putih
menjelaskan bahwa dirinya adalah utusan Dewa Siwa untuk mengujinya. Kemudian
harimau putih mengajak dirinya untuk menghadap Dewa Siwa. Oleh karena
Gagakaking dan Bubuksah sebelumnya sudah berjanji seia sekata, baik suka maupun
duka, maka Gagakakingpun diikutkan ke surga. Bubuksah duduk di punggung harimau
sedangkan Gagakaking bergelantungan memegang ekor harimau.
Sesampainya
di surga, mereka disambut oleh para dewa, lalu mereka diberi tempat sesuai
dengan tapanya. Oleh karena Bubuksah memiliki keikhlasan yang utama maka dia
berhak mendapatkan sorga yang terbaik dan tertinggi ( sorga ketujuh ).
Sedangkan Gagakaking diberikan sorga tingkat kelima. Dewa Siwa mengingatkan
bahwa segala sesuatu yang dilakukan pasti akan mendapatkan pahala sesuai dengan
perbuatannya karena semua perbuatan itu telah tercatat.
Demikianlah sahabatku, sekilas kisah dua orang bersaudara
ini, semoga keberanian dan keikhlasan untuk menghadapi segala persoalan hidup
dapat tumbuh dihati kita, semoga keberuntungan datang dari segala penjuru, semoga
semua mahluk hidup berbahagia, Om Shanti Shanti Shanti Om.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar