Rabu, 12 Maret 2014

Keikhlasan Adalah Yang Utama





Om Siwa Buddhaya Namah,


Sahabatku yang terkasih, dikisahkan dua orang bersaudara yang sangat suka mempelajari tentang kebenaran yaitu Gagakaking yang lebih tua dan adiknya bernama Bubuksah. Setelah merasa cukup menuntut ilmu pada seorang Guru, kedua bersaudara ini memutuskan untuk melakukan pertapaan yaitu meditasi pada sebuah gunung di tengah hutan, jauh dari keramaian penduduk. Mereka berdua, masing-masing memilih tempat serta cara bertapa ataupun tehnik meditasi yang berbeda.

Gagakaking melakukan pertapaan yang ketat dengan cara hanya memakan tumbuh-tumbuhan dan pantang memakan makanan yang berasal dari mahluk hidup, sehingga dia nampak kurus, namun tetap tekun didalam bermeditasi memuja Matahari. Sedangkan adiknya melakukan pertapaan dengan cara yang berbeda yaitu dia memakan makanan yang bernyawa termasuk binatang-binatang yang paling menjijikkan sekalipun. Tidak terkecuali, binatang apapun yang masuk didalam perangkapnya pasti disembelihnya, sehingga dia nampak lebih gemuk dari kakaknya dan dia tekun juga memuja Bulan.

Melihat hal ini, Gagakaking menjadi gelisah dan diyakini apa yang dilakukan oleh Bubuksah ini telah melanggar cara orang bertapa. Berkali-kali Gagakaking menasehatinya namun tidak berhasil. Bubuksah yakin bahwa apa yang dilakukannya itu adalah tapa juga. Bubuksah memahami bahwa jiwa itu adalah tunggal dan bersama tapanya itu berharap jiwa itu segera menyatu kembali ke asalnya. Bubuksah yakin benar bahwa banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencapai alam sorga.

Pada puncak tapanya, membuat keadaan di sorga terusik. Dewa Indra lalu melaporkan kepada Dewa Siwa bahwa ada dua orang pertapa yang sama-sama sakti ingin berebut sorga. Dewa Siwa lalu mengutus Kala Wijaya untuk menyamar sebagai harimau putih untuk mengujinya. Dalam mengujinya itu, harimau putih mendatangi Gagakaking dengan mengatakan ingin memakannya karena telah berjanji untuk memangsa seorang pertapa. Gagakaking tidak mau dimangsa oleh harimau bahkan menyuruh harimau putih mendatangi adiknya.

Selanjutnya, harimau putih mendatangi Bubuksah. Bubuksah lalu mohon waktu sebentar untuk mengambil binatang yang masuk perangkapnya, setelah itu Bubuksah menyerahkan diri kepada harimau putih untuk segera memangsa dirinya. Lalu harimau putih menjelaskan bahwa dirinya adalah utusan Dewa Siwa untuk mengujinya. Kemudian harimau putih mengajak dirinya untuk menghadap Dewa Siwa. Oleh karena Gagakaking dan Bubuksah sebelumnya sudah berjanji seia sekata, baik suka maupun duka, maka Gagakakingpun diikutkan ke surga. Bubuksah duduk di punggung harimau sedangkan Gagakaking bergelantungan memegang ekor harimau.

Sesampainya di surga, mereka disambut oleh para dewa, lalu mereka diberi tempat sesuai dengan tapanya. Oleh karena Bubuksah memiliki keikhlasan yang utama maka dia berhak mendapatkan sorga yang terbaik dan tertinggi ( sorga ketujuh ). Sedangkan Gagakaking diberikan sorga tingkat kelima. Dewa Siwa mengingatkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan pasti akan mendapatkan pahala sesuai dengan perbuatannya karena semua perbuatan itu telah tercatat.

Demikianlah sahabatku, sekilas kisah dua orang bersaudara ini, semoga keberanian dan keikhlasan untuk menghadapi segala persoalan hidup dapat tumbuh dihati kita, semoga keberuntungan datang dari segala penjuru, semoga semua mahluk hidup berbahagia, Om Shanti Shanti Shanti Om.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar