Om Siwa Buddhaya Namah,
aku hanyalah seonggok daging, tulang belulang serta darah, keringat dan air mata yang menyatu saat ini, untuk kemudian bercerai-berai pada saatnya nanti. Hingga saat ini aku merasakan anugerah-Mu yang tiada taranya, bisa menghirup udara segar di pagi hari, merasakan nikmatnya secangkir kopi serta sepiring nasi hangat hingga aku bisa merasakan kesegaran untuk menjalani lembaran-lembaran hari demi hari dalam suka maupun duka.
Tak dapat kubayangkan tentang keadaan diriku jika tanpa-Mu. Apakah kedua kaki ini bisa melangkah menyusuri lorong-lorong gelap, ataukah hanya berputar-putar pada mata rantai yang tak ada ujung pangkalnya? Apakah angin masih berhembus sejuk hingga aku bisa menghirup udara segar di pagi hari? Apakah hujan mau turun tepat pada musimnya? Apakah dunia bisa maju dengan pesatnya serta dalam keadaan damai dan bahagia? Apakah pemegang pemerintahan mau berlaku jujur?
Semuanya atas kehendak-Mu serta keyakinan diriku pada-Mu. Hanyalah diri-Mu tempatku berlabuh, tiada yang lainnya, hanyalah diri-Mu permata terindah yang tiada bandingnya, aku mencintai-Mu sepenuh hatiku.
Semoga damai di hati, damai di dunia, damai selamanya, semoga semua mahluk hidup berbahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar