Rabu, 30 Juli 2014

Bahagia Dalam Dharma ( Bagian ke-2 )






Om Siwa Buddhaya Namah,

Sahabatku yang terkasih, selamat malam, malam ini dikediamanku angin berhembus cukup kencang dan cuaca cukup dingin. Hembusan angin yang cukup kencang ini dimanfaatkan oleh para penggemar layang-layang untuk menaikkan layang-layang. Tidak perduli malam yang gelap, mereka tetap menaikkan layang-layang, karena layang-layang sekarang dilengkapi dengan lampu-lampu kecil yang berwarna-warni sehingga terlihat cukup indah menari-nari diantara gelapnya malam serta bintang-gemintang. Berbeda dengan layang-layang modern, layang-layang tradisional tidak dilengkapi dengan lampu-lampu, namun pada layang-layang tradisional terdapat “ Guwangan “, yaitu rotan yang diiris tipis memanjang, kemudian dibentangkan pada bambu yang lentur dan diikatkan pada layang-layang yang terbang diudara, sehingga dengan terpaan angin yang cukup kencang, rotan tersebut akan bergetar dan dari getarannya dapat menghasilkan suara yang cukup indah dan alami. Walaupun layang-layang tradisional tidak terlihat diudara pada malam hari, namun suara guwangannya cukup indah dan dapat menghibur hati.
Sahabatku, malam yang indah dengan langit yang dihiasi oleh bintang-gemintang yang bertebaran dilangit disertai keindahan layang-layang modern dengan lampu-lampu yang berwarna-warni dan suara guwangan dari layang-layang tradisional  sangatlah sayang untuk dlewatkan begitu saja. Walaupun kita telah terbiasa menikmati siaran televisi serta film-film di bioskop, namun cobalah sesekali menikmati keindahan alam disekitar kita, karena kejenuhan dalam rutinitas sehari-hari akan membuat kita stress dan apabila ini kita biarkan akan dapat menimbulkan penyakit. Dengan mengarahkan pikiran pada hal-hal positif, yaitu menikmati keindahan-keindahan yang ada disekitar kita, itu akan dapat melupakan sejenak kejenuhan serta stress yang kita alami, sehingga tumbuh perasaan senang yang tumbuh dari kemurnian atau kebersihan hati dan daripadanya akan tumbuh rasa cinta pada diri sendiri, pada keluarga serta lingkungan sekitar kita. Inilah hal-hal kecil yang sering kita lewatkan begitu saja, yang sebenarnya merupakan sumber kebahagiaan yang kita cari.
“ Bagaikan seekor kucing yang mengejar ekornya sendiri, dia akan terus berputar-putar dan akhirnya pusing sendiri, dia tidak akan dapat menikmati keindahan untuk bermain-main dengan kucing-kucing lain serta alam disekitarnya sebelum dia berhenti mengejar ekornya sendiri “.
Sahabatku, keinginan manusia tidak akan pernah habis, tidak ada batasnya kecuali kita sendiri yang membatasinya dan keluar daripadanya untuk menikmati alam sekitarnya adalah jalan untuk mendapatkan kebahagiaan.  Semoga semua mahluk hidup berbahagia, Om Shanti Shanti Shanti Om.

Sabtu, 26 Juli 2014

Bahagia Dalam Dharma ( Bagian ke-1 )


Om Siwa Buddhaya Namah,

Sahabatku yang terkasih, salam kasih buat kalian semua, semoga kasih sayang serta kebahagiaan selalu meliputi kehidupan kalian semua. Sebagaimana yang didambakan oleh semua mahluk hidup didunia ini, tiada lain dan tiada bukan adalah kebahagiaan. Walaupun duka dan derita masih sering kita alami dan terkadang kita merasa sedih menghadapi berbagai permasalahan yang datang menghampiri kehidupan kita, namun kita hendaknya tidak menjadi lemah semangat, pesimis didalam menghadapinya. Ibarat pepatah mengatakan," Masih banyak jalan menuju Roma ". 
Demikian juga apabila tidak tercapai apa yang kita cita-citakan, apa yang kita dambakan, apa yang kita idam-idamkan janganlah hendaknya berputus asa serta menyalahkan pihak luar ataupun orang lain yang belum tentu mereka bersalah. Andaikatapun mereka bersalah yang menyebabkan kita gagal mencapai apa yang kita inginkan, hendaknya kita bisa berbesar hati menerima serta memaafkannya. Kita hendaknya lebih banyak melihat kedalam dan bukan keluar, kita sebaiknya introspeksi diri, melihat apa sebenarnya kekurangan serta kelemahan kita yang meneyebabkan mereka berbuat curang kepada kita dan menyebabkan kita gagal didalam mencapai cita-cita kita. Dengan melihat kedalam, tentunya kita kembali menoleh kebelakang, yaitu perbuatan-perbuatan yang telah kita lakukan dimasa silam, melihat dengan jujur, apakah perbuatan kita telah ikhlas, telah diwarnai oleh kasih sayang, semangat serta cinta ataukah masih diwarnai dengan nafsu keinginan, keserakahan maupun kebencian serta kemalasan.
Sahabatku, apabila kita jujur dengan diri kita sendiri, setiap kegagalan yang kita alami didalam kehidupan ini, disebabkan oleh kurangnya kebijaksanaan didalam mengontrol emosi, kadangkala emosi kita terlalu tinggi, terlalu menggebu-gebu, namun kadangkala terlalu lemah, lambat serta malas. Kedua emosi ini tidak akan bisa membuat kita bijaksana, namun yang bisa membuat kita bijaksana adalah emosi yang terkontrol, emosi yang stabil, yaitu emosi yang dikendalikan oleh cinta kasih, bukan oleh hawa nafsu. Inilah kunci keberhasilan kita didalam mencapai apa yang kita cita-citakan.
Namun sahabatku, bukan berarti segala sesuatu yang kita cita-citakan tidak mesti harus kaku, harus kita capai sesuai dengan kehendak kita. Bisa saja dia sedikit berubah bahkan berbeda namun tidak mengurangi nilai maupun makna dari sebuah keberhasilan. Ini semua adalah atas kehendak Alam, kita akan ditempa, diarahkan serta dituntun sesuai kehendak Beliau. Dengan kebijaksanaan kita mengerti semua ini, bahwa kegagalan yang kita alami, adalah sebuah proses, adalah sebuah tempaan dari Alam agar kita menjadi lebih bijaksana, guna mencapai kesuksesan dimasa depan.
Apakah  kesuksesan dimasa depan itu masih jauh ? Tidak sahabatku, semua itu tergantung dari seberapa besar keyakinan, semangat, kejujuran kita serta kasih kita didalam menjalani kehidupan ini. Semoga kesuksesan selalu menyertai kehidupan kita, semoga semua mahluk hidup berbahagia, Om Shanti Shanti Shanti Om.