Senin, 02 September 2013

Jalan Tengah

Om Siwa Buddhaya Namah,

Sahabatku yang terkasih, ketika aku memperhatikan berita-berita terkini di televisi, kemudian menyimak dengan seksama keadaan diberbagai belahan dunia saat ini, hatiku merasa sedih, melihat berbagai peristiwa yang memilukan. 
Kebakaran hutan, kebakaran rumah dalam jumlah yang banyak, banjir yang melanda daerah pemukiman, angin kencang yang memporak porandakan kota, kekeringan dan hama yang menyebabkan gagal panen, kecelakaan kendaraan umum, kemiskinan, kejahatan, pemerkosaaan, korupsi, bentrokan antar warga, perang serta banyak peristiwa lainnya yang diwarnai dengan kekerasan baik oleh alam maupun oleh manusia.
Sahabatku, ketika dilahirkan sebagai bayi, manusia dalam keadaan lentur dan lembut, kemudian seiring perjalanan waktu ketika tumbuh dewasa, manusia menjadi semakin kuat. Didalam tubuh manusia dewasa ada bagian-bagian tubuh yang keras dan ada bagian-bagian tubuh yang lembut. Bagian yang keras apabila digabungkan dengan yang lembut akan menjadi kuat dan lentur. Akan tetapi apabila tidak ada bagian yang lembut, maka tubuh ini menjadi kaku, bagaikan mayat. Kelenturan identik dengan kehidupan dan kekakuan identik dengan kematian.
Belajar dari keadaan tubuh ini, hendaknya kita menjadi lebih bijaksana, berusaha untuk tidak keras dan kaku, dengan selalu berada pada jalan tengah yang lentur, bagaikan melodi gitar yang bisa dimainkan dengan baik dan indah apabila tali senarnya tidak terlalu kencang dan juga tidak terlalu kendur.
Irama yang indah dalam sebuah konser symponi adalah sebuah gambaran dari kelenturan dan keindahan ini akan dimengerti oleh pikiran kita untuk kemudian masuk kedalam hati hingga menggetarkan Alam Semesta dalam suasana persahabatan, cinta, kasih sayang, kegembiraan dan keseimbangan.
Semoga jalan tengah yang penuh keindahan menjadikan inspirasi baru bagi pikiran kita, sehingga tidak ada lagi kekerasan, kekakuan yang menyebabkan penderitaan. Semoga semua mahluk hidup berbahagia, Om Shanti Shanti Shanti Om.